Contoh Skripsi Pendidikan Agama Islam

Jumat, 27 Desember 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DI SMP NEGERI 4 PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi yang syarat dengan muatan nilai. Dalam konteks NKRI yang notabene mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, seharusnya Pendidikan Agama Islam mendasari pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi inti dan primadona bagi masyarakat, orang tua, dan peserta didik. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga sebaiknya mendapat waktu yang proporsional, bukan hanya di madrasah atau sekolah-sekolah yang bernuansa Islam, tetapi di sekolah umum. Demikian pula halnya dalam peningkatan mutu pendidikan, Pendidikan Agama Islam harus dijadikan tolak ukur dalam membentuk watak dan kepribadian peserta didik serta membangun moral bangsa.[1]
Menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan Islam sebagai pandangan hidup.[2]
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tampil sebagai mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan. Sebagai suatu bidang kajian atau mata pelajaran, pendidikan agama diberikan mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi. Sebagaimana dalam UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30 ayat 2 disebutkan bahwa
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.[3]
Pengertian tersebut, pendidikan keagamaan dalam dunia pendidikan formal merupakan salah satu bahan kajian dalam kurikulum semua jenis pendidikan dan jenjang pendidikan yang pembelajarannya dibimbing oleh guru pendidikan agama. Dengan tujuan siswa dapat memahami sepenuhnya makna yang disampaikan pada materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selama ini Pendidikan Agama Islam masih dinilai gagal. Karena Pendidikan Agama selama ini lebih terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang fokus terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang lebih kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik melalui berbagai cara.
Menurut Muchtar Buchori dalam Muhaimin sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid, menilai Pendidikan Agama Islam masih gagal. Kegagalan ini terjadi karena praktiknya pendidikan agama hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai agama, dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volatif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Dengan perkataan lain, pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang agama, kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama yang benar. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama. Dalam praktiknya, pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama sehingga tidak mampu membetuk pribadi-pribadi bermoral, padahal inti dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.[4]
Selain itu, Rasdijanah dalam Abdul Majid mengemukakan beberapa kelemahan dari Pendidikan Agama Islam di sekolah, baik dalam materi Pendidikan Agama Islam maupun dalam pelaksanaannya, yaitu:
1.     Dalam bidang teologi, ada kecenderungan mengarah pada paham fatalistik.
2.     Bidang akhlak yang berorientasi pada urusan sopan santun dan belum dipahami sebagai kurikulum pribadi manusia beragama.
3.     Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian.
4.     Dalam bidang hukum (fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata aturan uyang tidak akan berubah sepanjang masa, dan kurang memahami dinamika dan jiwa hukum Islam.
5.     Agama Islam cenderung diajarkan sebagai dogma dan kurang mengembangkan rasionalitas serta kecintaan pada kemajuan ilmu pengetahuan.
6.     Orientasi mempelajarai Al-Qur’an masih cenderng pada kemampuan teks, belum mengarah pada pemahaman arti dan penggalian makna.[5]
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama sebagai suatu mata pelajaran di sekolah saat ini adalah bagaimanakah agar pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, melainkan dapat mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang benar-benar mempunyai kualitas keagamaan yang kuat. Dengan demikian, materi pendidikan agama bukan hanya menjadi pengetahuan, melainkan dapat membentuk sikap dan kepribadian peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa.
Melihat fenomena yang terjadi pada saat ini yaitu adanya dekadensi moral yang terjadi di kalangan remaja. Padahal keberadaan remaja di masa yang akan datang memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan sebuah negara. Dari situlah pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah khususnya diharapkan mampu membentuk kepribadian siswa agar dapat mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Kepribadian itu bukan sesuatu yang statis karena kepribadian memiliki sifat kedinamisan yang disebut dinamika pribadi. Dinamika pribadi ini berkembang pesat pada diri anak-anak karena mereka pada dasarnya anak belum memiliki kepribadian yang matang. Sebagai sesuatu yang memiliki sifat kedinamisan, maka karakter kepribadian seseorang dapat berubah dan berkembang sampai batas kematangan tertentu. Untuk mencapai hal tersebut dapat diusahakan melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat.
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir. Dalam hal ini Gregory berpendapat bahwa:
Kepribadian adalah sebuah kata yang menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri. Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan dan cara seharihari dalam berinteraksi dengan orang lain.[6]

Kaitannya dengan upaya mengembangkan kepribadian para siswa, maka sekolah terutama dalam hal ini guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan dalam mengamalkan ibadah atau akhlak yang mulia dan sikap apresiatif terhadap ajaran agama. Pendidikan agama Islam merupakan ikhtiar manusia, dimana dengan pendidikan agama Islam, orang tua dan guru berusaha dengan sadar mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.
Adapun tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah yaitu menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[7]
Untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang telah disebutkan di atas, maka guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan dituntut untuk bisa mengelola kelasnya melalui strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan agar pembelajaran itu dapat menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Kemp, strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan Guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[8]
Mengingat pentingnya pendidikan agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, stakeholder, dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah baik sekolah berbasis agama maupun sekolah umum. Berdasarkan realitas di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul ”Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Muslim di SMP Negeri 4 Purwanegara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B.    Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian adalah :
1.      Pendidikan Agama selama ini lebih terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan dan kurang fokus terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama menjadi lebih makna dan nilai untuk diinternalisasikan dalam diri peserta didik.
2.      Dalam praktiknya, pendidikan agama masih sebatas pengajaran agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian sehingga belum mampu membetuk pribadi-pribadi bermoral.
3.      Orientasi mempelajarai Al-Qur’an masih cenderng pada kemampuan teks, belum mengarah pada pemahaman arti dan penggalian makna.

C.    Penegasan Istilah
Untuk memperjelas pemahaman dan guna menghindari dan mencegah timbulnya kesalah penafsiran tentang judul skripsi yang penulis buat, terlebih dahulu penulis mendefinisikan beberapa istilah dalam judul :
1.     Strategi pebelajaran
Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Atau pola-pola umum kegiatan antara pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[9] Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan dalam upaya pembentukan kepribadian muslim siswa, terdapat beberapa strategi yang digunakan. Diantaranya Keteladanan, Sedangkan metode yang digunakan metode ceramah, metode diskusi, metode pemberian hukuman.
Pembelajaran menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 didefinisikan sebagai “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[10]
Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[11]
2.     Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya yang sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[12]
3.     Kepribadian Muslim
a.      Pengertian kepribadian
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.[13]
b.      Kepribadian muslim
Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian diri kepada Tuhan penyerahan diri kepada-Nya.[14]

D.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut;



Skripsi PAI selengkapnya ada di 085291501979 / 087737623895


[1] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hal. 2.
[2] Ibid, hal. 12.
[3] UURI.  No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Citra Umbara, Bandung, 2006
[4] Abdul Majid , Op. Cit, hal. 10.
[5] Ibid, hal. 10.
[6] Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal. 13.
[7] Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 135.
[8] Abdul Majid, Op Cit, hal. 128-129.
[9] Noehi Nasution, Strategi Belajar Mengajar, Direktorat Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 1995, hal. 2.
[10] UURI.  No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Citra Umbara, Bandung, 2006.
[11] Hamruni, Strategi Pembelajaran, Insan Madani, Yogyakarta, 2012, hal.2
[12] Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 130
[13] Sjarkawi, Op. Cit., hlm. 11.
[14]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung. Cetakan ke 9, 1989, hal. 66

Kamis, 31 Januari 2013

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 MANDIRAJA BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 MANDIRAJA BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.[1]
Orang tua adalah manusia yang paling berjasa pada setiap adak. Semenjak awal kelahirannya di muka bumi, setiap anak melibatkan peran penting orangtuanya, seperti peran pendidikan. Peran-peran pendidikan seperti ini tidak hanya menjadi kewajiban bagi orangtua, tetapi juga menjadi kebutuhan orang tua untuk menemukan eksistensi dirinya sebagai makhluk yang secara sehat jasmani dan ruhaninya di hadapan Allah dan juga di hadapan sesama makhluk-Nya, terutama umat manusia.[2]
Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut manusia memasuki dunia pendidikan melalui proses belajar. Dalam proses tersebut muncul pengaruh yang dapat membawa perubahan sikap manusia yang dipengaruhinya. Seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut setiap orang untuk membekali dirinya malalui pendidikan maupun latihan yang lebih baik sehingga mampu membekali diri dengan perkembangan yang ada. Salah satu untuk membekali diri adalah pendidikan, baik formal maupun non formal.
Pendidikan diperlukan, dipentingkan, dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama oleh orang tua terhadap anak-anak mereka. Dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi, yaitu keterbatasan waktu, ilmu, dan juga fasilitas yang dimiliki orang tua akhirnya didirikanlah lembaga pendidikan sebagai alternatif-solusi keterbatasan tersebut, seperti TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA/MAK dan sebagainya.[3]
Komponen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan ada tiga unsur yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah.[4] Dalam dunia pendidikan formal, fenomena belajar mengajar lebih menekankan pada tercapainya kegiatan pada diri siswa (murid), karena memang pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur.
Melalui pendidikan yang terstruktur seseorang akan memiliki daya pemikiran yang berbeda, dari sejak pendidikan dasar, menengah sampai pereguruan tinggi. Begitupun pengaruhnya pada siswa yang memiliki orang tua yang latar belakang pendidikan formal orang tua yang berbeda mereka pasti memiliki sikap, moral dan perilaku yang berbeda dalam kehidupan kesehariannya.
Menjadi orang tua tidak hanya penting bagi keberadaan kita sekarang, tetapi juga bagi masa depan anak-anak kita, terutama membekalinya dengan Pendidikan Agama Islam bagi anak, karena kelak orang tua yang memiliki anak yang sukses dan berprestasi dalam belajarnya merupakan sebuah petualangan, penuh dengan kejutan-kejutan dan perubahan-perubahan.
Pada masyarakat modern tugas dan tanggung jawab pendidikan pada anak diserahkan kepada suatu lembaga, yaitu sekolah. Sekolah disini merupakan tempat melakukan kegiatan belajar dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam mewujudkan lembaga pendidikan diatas orang tua siswa selalu dilibatkan dalam kualitas pendidikan anaknya, oleh karena itu begitu pentingnya latar belakang pendidikan orang tua bagi anak, sebagai motivator yang aktif.
Dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar lebih menekankan terciptanya kegiatan belajar siswa. Kegiatan yang dilaksanakan pada akhir tahunnya atau akhir semester dilakukan penilaian (evaluasi). Penilaian sebagai alat akhir untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa yang dapat disebut pula dengan sebagai prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ini secara nyata akan dapat diketahui oleh siswa setiap akhir semester dinyatakan dalam bentuk angka-angka nilai raport.
Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain keturunan dan lingkungan. Orang tua merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Bagi orang tua yang memiliki keterbatasan penguasaan maupun pengetahuan, dimungkinkan prestasi belajar anak juga akan rendah. Dan sebaliknya bagi siswa yang memiliki orang tua dengan berpendidikan tinggi biasanya prestasi belajarnya akan tinggi.
Melihat keadaan pada jaman sekarang ini, banyak siswa yang prestasi belajarnya randah karena pendidikan orang tua sendiri juga rendah. sehingga pada saat siswa membutuhkan bantuan dari orang tua untuk menyelesaian persoalan materi pelajaran dirumah, tidak menemukan jawaban yang tepat dari orang tua. Anak mengalami kesulitan belajar dirumah karena keterbatasan pendidikan orang tua.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengadakan penelitian di lembaga pendidikan. Apakah latar belakang pendidikan formal orang tua yang tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam anaknya. Untuk mencapai suatu tujuan diperlukan adanya sarana belajar yang memadai. Pemenuhan belajar yang sangat penting bagi siswa untuk mengejar prestasi.
Lingkungan tempat tinggal dan adanya dorongan internal yang muncul dari dalam diri anak sehingga timbul suatu kebiasaan pada diri anak, hal itu merupakan pengaruh dasar dari orang tua apalagi pengaruh Religi pada diri anak yang sangat mendarah daging. Begitupun pengaruh eksternal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam anak tersebut. Namun jika tidak mempunyai minat yang tinggi dalam dirinya, akan mendapat hambatan dalam mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapai dibawah yang semestinya.
Ada juga persepsi yang menyatakan bahwa orang tua yang tingkat latar belakangnya tinggi, belum tentu ia mampu memberi perhatian yang penuh terhadap pendidikan anaknya, begitu sebaliknya ada orang tua yang latar belakang pendidikannya rendah tetapi sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan anaknya. Namun hakikatnya sangat berbeda sekali orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah yang pasti kelihatan dalam pengaplikasiannya seorang anak dalam kehidupan perilaku sehari-haru, orang tua yang berpendidikan tinggi mereka pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan mengarahkan anaknya, mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif dan mengasyikkan terhadap anaknya.
Orang tua yang berpendidikan mereka sangat mengerti dan paham bahwa mereka tidak akan meninggalkan generasi mereka atau anak-anak mereka dalam keadaan lemah, lemah disini lebih ditekankan dalam artian lemah dari segi intelektualnya untuk berprestasi. disebutkan QS. An-Nisa’: 9
|·÷uø9ur šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´ƒÏy ÇÒÈ

Artinya   :“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Melalui tercapainya sarana belajar yang memadai, lingkungan tempat tinggal terutama keluarga, minat belajar siswa dan latar belakang pendidikan formal orang tua yang berbeda. Semua akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang sangat diharapkan orang tua siswa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor internal yang timbul dari anak itu sendiri dan faktor eksternal yang timbul diluar pribadinya terutama orang tua sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi anak-anaknya.
Dari beberapa uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII.A SMP Negeri 2 Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka penulis mengidentifikasi masalah yaitu


Bagi anda yang sedang dalam penyelesaian Skripsi PAI dan butuh contoh skripsi PAI, bisa hub 085291501979 / 087 737 623 895



[1] Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Laksana, Jogjakarta, 2012, Cet. I, Hal. 11.
[2] Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, 2012, hal.66.
[3] Ibid , hal.29.
[4] Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta 1996, hal. 34.